DEKADE – Selama tiga tahun terakhir Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Berau vakum mendatangkan buku. Namun saat itu, berbagai koleksi kembali datang. Saat ini jumlah buku di perpustakaan ada 23 ribu judul. Selain itu, juga pengadaan buku ini akan dibagi ke 23 perpustakaan desa. “Sudah di-SK-kan. Ini salah satu upaya juga untuk menyebarkan literasi di kampung,” ucap Kepala Dispusip Berau, Yudha Budisantosa.
Memang, kondisi bangunan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Berau dirasa kurang layak, mendapat sentuhan perubahan. Saat ini wajah perpustakaan mulai berubah, dengan mendatangkan mainan anak-anak, ruang multimedia, dan sudah ada 10 laptop yang disiapkan untuk pengunjung.
Ke depannya, juga diwacanakan membangun tempat baca terbuka, dan studio podcast. Ruang baca terbuka nanti, akan memanfaatkan halaman Dispusip, kemudian akan disiapkan kantin, malam juga akan dibuat seperti kafe, jadi kafe baca. Sudah ada anggarannya, kisaran Rp 170 juta untuk membuat kafe baca tersebut.
Dan nanti akan ada panggung untuk penampilan pelajar, maupun masyarakat. Studio podcast itu nanti, akan mendatangkan tamu, jadi masyarakat bisa interaktif secara langsung. Ini sudah ada gambarnya, sedang dikerjakan. “Perencanaan sudah ada, tinggal eksekusi. Kalau tidak ada halangan, Oktober nanti bisa dibangun,” beber Kepala Dispusip Berau, Yudha Budisantosa.
Diakuinya, saat ini perpustakaan memang terkesan horor, tapi pihaknya ada trik untuk mendatangkan pembaca, salah satunya strategi Sipena Pakem, dengan mengadakan lomba, kemudian dengan majunya perkembangan zaman, tentu Dispusip juga berbenah, dengan menghadirkan, IBerau yang bisa diunduh di playstore, dimana pun berada, sepanjang ada sinyal, bisa membaca buku dan meminjamnya, selama sepekan.
Jika sudah sepekan, otomatis buku akan kembali sendiri, namun bisa dipinjam lagi. Kemudian pada hari jadi Berau, Dispusip bersama BUMA meluncurkan sebanyak 2.023 titik baca digital yang tersebar di seluruh kecamatan, baik di OPD dan rumah penduduk sebagian. Pada satu titik baca, ada 1.000 judul buku, siapapun bisa mengaksesnya. Ini juga katanya, untuk menyambut 1.000 titik Wifi gratis yang digalakkan bupati dan wakil bupati Berau dalam 18 program unggulannya. “Jadi ada efek domino yang disalurkan dengan adanya 1.000 titik Wifigratis ini,” ucapnya.
Dengan adanya titik baca digitalisasi ini, tentu tidak berpengaruh pada buku fisik yang ada di perpustakaan ini. Jadi, sampai kapanpun buku fisik tetap dibutuhkan, makanya dibuat kafe baca yang bisa didatangi hingga malam hari. Tidak semua orang mampu membaca melalui handphone. (adv)