Akhir Hidup Para Hitokiri dan Battosai si Pembantai: Tak Seperti di Manga dan Film
DEKADE.ID melakukan penelusuran mendalam mengenai Kawakami Gensai --sosok yang disebut-sebut menjadi inspirasi Nobuhiro Watsuki dalam menciptakan manga/anime “Samurai X” yang kemudian diadaptasi di film “Rurouni Kenshin”. Meski mengangkat tema sepele, inilah riset ketiga yang coba kami lakukan secara serius di awal 2023.

Oleh:
Faisal Rahman, Chief in Editor DEKADE.ID
SEPERTI riset pertama mengenai Chris Limahelu –orang Indonesia yang menciptakan rekor di the Rose Bowl Game– era 70-an, DEKADE.ID sekali lagi menjelajahi pelbagai kanal untuk menelusuri kebenaran cerita. Kali ini mengenai Battousai si Pembantai yang konon pernah hidup di Jepang.
Tempat pertama yang kami telusuri tentu saja literasi berbahasa Jepang –terutama di tahun-tahun terakhir kehidupan samurai di Negeri Matahari Terbit. Kami juga menyimak pelbagai literasi berbahasa Inggris sebelum membandingkannya dengan informasi yang kadung beredar di Indonesia.
Tidak cukup sampai disitu. Referensi riset juga kami lakukan dengan menyimak dialog film “Rurouni Kenshin Part I: Origins” (2012) hingga “Rurouni Kenshin: Final Chapter Part II – The Beginning” (2021) dan membandingkannya dengan fakta sejarah. Sebab, film inilah yang sangat representatif menggambarkan sosok Gensai. Sementara film lain seperti “The Last Samurai” (2003), “Hitokiri” (1969), “Seven Samurai” (1954), dan film bertema samurai lain, kami jadikan sebagai referensi tambahan.
Kisah Battousai si Pembantai memang mengarah pada sosok Kawakami Gensai, mantan petugas kebersihan di istana Kumamoto yang kelak menjadi Hitokiri. Di era Bakumatsu, Gensai mungkin bukan satu-satunya samurai paling hebat yang melakukan pembunuhan berantai terhadap pendukung dan pejabat Shogun klan Tokugawa. Faktanya, ada tiga samurai lain yang melakukan hal serupa dan mendapat julukan Hitokiri. Mereka adalah Tanaka Shinbei, Kirino Toshiaki, dan Okada Izo. Itu sebabnya, empat samurai ini kemudian dikenal sebagai Bakumatsu Yondai Hitokiri.
Hitokiri cukup menarik diulas. Sebab di Indonesia banyak disinformasi soal ini. Hitokiri dianggap sebagai kelompok pembunuh, padahal faktanya adalah sebuah julukan. Apalagi, Gensai dan Toshiaki justru melakukan pembunuhan secara terpisah dan tidak saling terkait. Kuat dugaan mereka juga tidak saling kenal secara baik meski sama-sama beroperasi di Edo –Kyoto, ibukota Jepang dulu. Hanya Shinbei dan Izo yang tercatat dalam sejarah melakukan pembunuhan bersama-sama karena merupakan anggota Tosa Kinno-to –partai pendukung Kaisar Meiji.
Hal lainnya, disinformasi soal klaim Hitokiri merupakan kelompok pembunuh yang didirikan oleh Takechi Hanpeita –pemimpin Tosa Kinno-to. Padahal, tidak ada satupun literasi yang menyebutkan jika Gensai dan Toshiaki berada dibawah perintah Hanpeita. Terlebih sebagai anggota Tosa Kinno-to. Meski begitu, benang merah empat samurai ini adalah mereka punya musuh yang sama; pemerintah Shogun klan Tokugawa. Misi mereka juga sama; mengembalikan kekuasaan ke tangan Kaisar Meiji dan membunuh mereka yang menyokong Shogun klan Tokugawa.
Selain itu, informasi soal Gensai sebagai pembunuh terhebat juga laik dipertanyakan. Meskipun benar, literasi yang ditemukan DEKADE.ID menyebut sosok Shinbei — penggawa Tosa Kinno-to– justru memiliki cerita paling mencengangkan. Dari tiga Hitokiri lain, korban Shinbei tercatat yang paling banyak. Lantaran kebengisan itu, Shinbei dijuluki “Ansatsu Taicho” atau “Kapten Pembunuh”. Sayangnya, tak ada catatan spesifik maupun bukti mengenai itu. Kami juga tidak menemukan literasi yang menceritakan bekas luka di pipi Gensai yang melekat terhadap sosok Battousai si Pembantai.
Di Indonesia, julukan “Battousai” lekat dengan sosok Gensai dan Kenshin di manga/anime “Samurai X” dan film “Rurouni Kenshin“. Istilah Battousai sendiri diambil dari kata Battoujutsu yang secara harfiah berarti seni berpedang dengan tujuan membunuh dengan cepat. Gelar itu diberikan karena keduanya digambarkan sebagai pembunuh berdarah dingin yang membantai korbannya tanpa ampun di masa lalu. Namun versi lain menyebut, julukan “Battousai” sebenarnya hanya diberikan kepada orang yang mampu menjalankan tugas sebagai pembunuh di era Bakumatsu. Bila merujuk pada versi terakhir, maka julukan “Battousai” juga laik disematkan kepada Shinbei, Toshiaki, dan Izo.
Dibalik riset mendalam yang DEKADE.ID lakukan mengenai Battousai, empat Hitokiri tersebut memang sangat piawai menggunakan samurai di zaman terakhir Edo. Sejumlah kanal dan literasi menulis demikian. Elan perjuangan mereka pada akhirnya berakhir tragis. Namun satu hal yang perlu dicatat, mereka mati secara terhormat sebagai samurai.
Riset ini barangkali memiliki pelbagai kekurangan. Itu sebabnya DEKADE.ID membuka ruang diskusi kepada siapapun yang menikmati karya Nobuhiro Watsuki di manga/anime “Samurai X” maupun film “Rurouni Kenshin“. Sebagai bentuk penghormatan, kami mencoba mengulasnya dalam empat seri tulisan, seperti jumlah para Hitokiri yang legendaris itu. (*)