DEKADE, KALIORANG – Pj Gubernur Kaltim Akmal memuji produk UMKM Desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang. Pasalnya, dari daerah ini lahir produk Frutiboks dan Kalbana yang merupakan produk turunan pisang kepok grecek. Apalagi, kedua produk itu mampu menembus pasar Asia dan Eropa.
“Pisang ini sangat enak dan saya sudah mencobanya. Saya menemukan kearifan lokal daerah mampu di upgrade (tingkatkan, red) secara matang menjadi produk unggulan. Selain akan diekspor ke luar negeri, produk ini kalau bisa dijual di Jakarta biar menasional,” ujarnya.
Akmal pun membandingkan dirinya dengan produk UMKM Selangkau soal waktu yang dibutuhkan untuk bisa ke luar negeri. Dengan awal meniti karir menjadi seorang PNS sebagai Kasupsi di Kantor Camat dengan pangkat eselon 5B, Akmal mengaku membutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa ke luar negeri.
“Produk pisang ini malah bagus lompatannya, cuma butuh setahun saja bisa go internasional. Beda dengan saya yang sekarang kini menjadi Pj Gubernur Katim sekaligus menjadi Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri RI butruh 30 tahun. Jadi perbedannya signifikan sekali,” jelasnya.
Akmal kembali menegaskan jika sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo, minimal bisa mengembangkan satu produk unggulan yang punya ciri khas untuk dijual. Artinya tidak perlu banyak, namun bisa bersaing di luar negeri.
Ia pun sudah memerintahkan pihak terkait bisa memberlakukan Perda di seluruh kamar hotel di Kaltim agar menyediakan produk UMKM ini. Nantinya pemasaran bisa didukung perusahaan sekitar. Seperti dari PT Indexim Coalindo maupun PT Kobexindo Cement karena karena pasti lebih tahu arah dan target pasar.
“Barang-barang produk UMKM Selangkau ini pun bagus bisa dinikmati seluruh warga Kaltim. Tahan produknya sampai 10 bulan dan memang sangat awet, tahan lama,” urainya.
Akmal juga turut memerintahkan perangkat daerah (PD) Pemprov Kaltim untuk bisa memberikan dukungan produk UMKM pisang ini. Dia menginstruksikan Pemprov Kaltim membantu dalam dukungan areal pengembangan perkebunan pisang grecek sampai 3.000 hektare.
“Nah untuk perusahaan bisa bantu lewat kemasan agar terlihat menarik sekaligus pemasaran serta publikasi promosinya,” sebutnya.
Terakhir Akmal ingin perusahaan batu bara di Kutim pada khususnya dapat memberikan perhatian lewat CSR-nya. Terutama dalam membantu pengembangan UMKM di dekat wilayah operasionalnya.
“Ini keunggulan Kutim, jangan image-nya (citra, red) batu bara saja . Perusahaan batu bara punya produk UMKM yang menarik. Ambil contoh, daerah Jembayan pascatambang setelah dilakukan reklamasi ditanami sawah. Ada juga peternakannya hingga dan perkebunan kelengkeng dan rambutan. Hasilnya memang bagus,” jelasnya.
Ia pun ingin mengajak “citra tambang” itu tidak melulu merusak lingkungan, melalui UMKM tambang batu bara juga mendapatkan hal yang bermanfaat.
“Jadi ada hukum fardu kifayahnya. Ini kan langkah baik untuk berbuat. Nanti selain pisang juga bisa ada produk buah lainnya seperti nanas bisa dikembangkan. Sekali lagi, untuk para pemegang izin usaha pertambangan (IUP), mari jadikan percontohan wilayah Indonesia dengan tambang batu baranya tapi bukan dilihat dari merusak lingkungan alam, melainkan bisa mengangkat harkat martabat warga sekitarnya,” tegas Akmal. (adv/re)