Akhir Hidup Para Hitokiri dan Battosai si Pembantai: Tak Seperti di Manga dan Film #3
Nasib malang Kawakami Gensai juga dialami Hitokiri lain. Persamaan mereka; membelot kepada kekaisaran yang dulu dibela.

Oleh:
Faisal Rahman, Chief in Editor DEKADE.ID
EMPAT pembunuh berantai Hitokiri diklaim berada dibawah naungan Tosa Kinno-to –partai yang mendukung Restorasi Meiji untuk mengembalikan kekuasaan kepada kekaisaran dari tangan Shogun klan Tokugawa. Partai ini dikenal dengan statemennya; Sonno Joi –secara umum berarti “Hormati Kaisar, usir orang barbar!” Dalam operasinya, mereka menggunakan istilah “Hukuman Surga” untuk membunuh mereka yang melawan kekaisaran.
Tripia.id tidak menemukan informasi apapun mengenai keterlibatan Gensai di Tosa Kinno-to dan bagaimana dia mengenal tiga pembunuh lainnya. Sebab, Gensai justru bergabung dengan gerakan Jyoi –salah satu faksi pendukung kekaisaran– saat melakukan pembunuhan. Pun tidak ada keterangan apakah gerakan Jyoi merupakan bagian daripada Tosa Kinno-to. Satu-satunya persamaan Jyoi dan Tosa Kinno-to adalah mereka mendukung penggulingan Shogun klan Tokugawa di pemerintahan Jepang.
Kuat dugaan, pembunuhan yang dilakukan Gensai memang terpisah dengan Hitokiri lain seperti Kirino Toshiaki. Sebab sejarah mencatat, hanya Tanaka Shinbei dan Okada Izo yang pernah melakukan pembunuhan bersama atas perintah Takechi Hanpeita –pemimpin Tosa Kinno-to.
Nah, salah satu Hitokiri terkenal di Tosa Kinno-to adalah Okada Izo yang lahir pada 14 Februari 1838. Laman Wikipedia menulis, Izo banyak melakukan operasi pembunuhan di Kyoto bersama Tanaka Shinbei. Konon, adik Izo, Okada Keikichi, juga merupakan anggota Tosa Kinno-to.
Izo merupakan putra pertama Okada Yoshihira –samurai dari Tosa. Awalnya, Izo belajar memainkan samurai secara otodidak. Dia lalu menjadi murid Hanpeita di sekolah bela diri Nakanishi-ha Itto-ryu –cabang dari sekolah bela diri Ono-ha Itto-ryu. Izo yang kadung mengikuti jejak Hanpeita, ikut pula bertolak ke Kyoto. Di sana dia sempat pula memperdalam ilmu samurainya dengan belajar Kyoshin Meichi-ryu di Shigakukan.
Izo yang sempat pergi ke Kyoto, kembali lagi ke Tosa pada April 1862. Di tahun itulah, Izo disebut bergabung dengan Tosa Kinno-to yang diorganisir Hanpeita dan setia kepada gerakan Sonno Joi. Kabar yang beredar, nama Izo kemudian dicoret sebagai anggota Tosa Kinno-to. Kuat dugaan, hal itu sengaja dilakukan Hanpeita untuk menghilangkan jejak Okada Izo di partai sebelum ditugaskan sebagai pembunuh.
Catatan pembunuhan Izo sendiri konon dimulai dari Inoue Saichiro –prajurit pemerintah Shogun klan Tokugawa yang bertugas di Tosa. Berikutnya adalah seorang samurai, Honma Seiichiro –diklaim sebagai rekannya sendiri. Nama lainnya yang meregang nyawa ditangan Okada Izo adalah Ikeuchi Daigaku, Mori Magoroku, Ogawara Juzo, dan Watanabe Kinzan. Selanjutnya adalah Ueda Jonosuke –pejabat pemerintah Shogun klan Tokugawa, serta Yoriki di Kyoto.
Izo juga tercatat melakukan pembunuhan kepada Tada Tatewaki –putra Nagano Shuzen, pejabat Shogun klan Tokugawa, yang sempat memimpin penangkapan dan pembunuhan kepada mereka yang tidak sepakat dengan kebijakan luar negeri pemerintah Jepang dibawah Shogun klan Tokugawa. Saking bengisnya, Izo dikisahkan menggantung tubuh Tada Tatewaki di sebuah jembatan agar jenazahnya bisa dilihat masyarakat. Seperti ketiga rekannya yang lain, Izo juga merupakan Hitokiri yang paling ditakuti pada masa itu.
Kehebatan Izo dalam menggunakan samurai tergambar pada 1863. Itu terjadi saat dia menjadi pengawal Katsu Kaishu –seorang negarawan dan insinyur angkatan laut Jepang selama akhir Shogun dan awal era Meiji. Ketika itu, Katsu Kaishu diserang oleh tiga pembunuh. Izo yang berada di dekat tuannya, langsung menghunus samurai dan bertarung melawan tiga orang sekaligus. Sial, satu dari tiga pembunuh itu terkena tebasan samurai Izo. Lantaran meraung kesakitan karena luka, dua pembunuh lain justru kabur melarikan diri meninggalkan rekannya yang sekarat.
Cerita kehebatan Izo menjadi mengawal justru diceritakan oleh Katsu Kaishu. Makanya, dia kemudian diminta menjadi pengawal Nakahama Manjiro –penerjemah bahasa di masa transisi Jepang, sekaligus salah satu orang Jepang pertama yang pernah mengunjungi Amerika Serikat saat itu. Kehebatan Izo dalam membunuh lawannya disaksikan sendiri oleh Manjiro. Saat itu, Manjiro disergap oleh empat pembunuh ketika dia bersama Izo mengunjungi sebuah pemakaman bergaya barat di Jepang yang telah rampung. Tempat ini sendiri dibangun oleh Manjiro.
Ketika itu, dua dari empat pembunuh tersebut bersembunyi diantara batu nisan. Izo yang merasakan ada yang tidak beres dengan deretan batu nisan tersebut meminta Manjiro untuk tidak melarikan diri dan tetap berada di sisinya. Dua pembunuh yang bersembunyi tadi seketika meregang nyawa setelah menerima sabetan samurai Izo. Seperti yang terjadi kepada Kaishu, dua pembunuh yang menyaksikan itu langsung melarikan diri.
Di fase ini, tidak ada catatan spesifik mengenai alasan Izo mengawal Kaishu dan Manjiro yang notabene bertolak belakang dengan prinsip Izo yang menentang kehadiran pihak asing. Namun, dipilihnya Izo sebagai pengawal Kaishu konon berkat jasa Sakamoto Ryoma –salah satu samurai terkenal di era Bakumatsu yang mendukung kekaisaran Jepang.
Pada 1864, Izo sempat ditangkap oleh seorang pejabat Shogun klan Tokugawa. Dengan pelbagai tuduhan, dia kemudian diasingkan ke luar Kyoto. Pada saat pengasingan itu, Izo justru ditangkap oleh seorang pejabat dari Tosa dan membawanya ke kampung halaman. Setelah di Tosa dan bebas –pada 1865– Izo diketahui terlibat dalam pembunuhan lagi. Kali ini korbannya adalah Yoshida Toyo –calon pemimpin di wilayah Tosa. Pembunuhan itu berlangsung sebelum Yoshida Toyo dilantik. Gara-gara pembunuhan itu, Izo dan sejumlah rekannya di Tosa Kinno-to ditangkap. Mereka juga dituduh atas pelbagai pembunuhan yang terjadi di Kyoto. Beruntung, Keikichi –adik Izo– berhasil melarikan diri dari penangkapan.
Keikichi yang mengetahui sang kakak ditangkap, menulis sepucuk surat untuk memberi kabar orangtuanya di Tosa. Isi surat tersebut menunjukkan bagaimana Keikichi merasa akan ada hal buruk terjadi kepada Izo. “Lebih baik bagi orang bodoh seperti itu untuk segera mati, dan bagaimana orangtuanya akan meratapi dia karena kembali tanpa rasa malu di kampung halamannya,” tulis Keikichi, seperti dikutip DEKADE.ID dari laman Wikipedia. Setelah itu, Keikichi dikabarkan sering mengirim surat ke Tosa untuk mengabarkan kondisi terkini kakaknya.
Benar saja, Izo dan rekan-rekannya memang harus menghadapi penyiksaan yang berat selama ditahan. Rekan-rekannya di luar penjara –terutama di Tosa Kinno-to– sempat ketar-ketir jika Izo bakal buka suara soal pembunuhan Yoshida Toyo. Jika itu terjadi, maka mereka akan menjadi target selanjutnya. Beredar kabar jika anggota Tosa Kinno-to merencanakan pembunuhan Izo dengan memberikan racun di makanannya. Namun, kabar itu dibantah keras oleh Hanpeita.
Tak diketahui apakah Izo buka suara atau tidak. Namun yang pasti, Izo pada akhirnya dihukum mati setelah mengalami penyiksaan berat selama ditahanan. Kepalanya dipenggal dan dipajang di depan umum. Di laman Wikipedia, sebait puisi tentang kematian Izo diduga ditulis oleh Keikichi; “Hatimu yang penuh pengabdian seharusnya bisa menghilang setelah gelembung-gelembung air menghilang“.
Jenazah Izo kemudian dikubur di makam keluarga. Lokasinya berada di pegunungan sekitar stasiun kereta api Azo di Kota Kochi. Di nisan, tertulis nama aslinya; Okada Yoshifuru.
Sampai saat ini, wajah asli Izo masih menjadi misteri. Meski mesin pencari diinternet banyak menampilkan wajahnya, laman Wikipedia mengklaim wajah Izo sebenarnya tak diketahui. Foto-foto yang beredar justru bukan Izo, melainkan foto Chojiro Kondo dan Seizo Okada. (*)