Oleh: Rusdi Al Irsyad
Hollywood, K-Wave, atau J-Pop beserta produk komersial luar lainnya, selama ini secara subliminil telah mendikte kita untuk punya bayangan ideal bahkan untuk hal-hal sederhana seperti cara menikmati suasana kehangatan. Harus ada salju, harus ada perapian. Roti, hingga coklat panas. Netflix?
Tidak ada salahnya memang untuk mewujudkan bayangan-bayangan yang lazim ada di adegan film bertema musim dingin atau Natal itu. Tapi memaksakan semuanya merupa sempurna pada kondisi-kondisi yang tidak semestinya, hanya akan bikin kita merasa terpaksa dan tentu saja, lelah. Toh kita kan tinggal di Indonesia.
Dalam Tapi ini Samarinda, Rusdi Al Irsyad yang lahir dan besar di Sebulu, sebuah wilayah di Kalimantan Timur, hendak meyakinkan kita semua bahwa kehangatan tetap bisa dirasakan dalam suasana yang enggak harus west vibes, atau Korean vibes. Salju tidak turun di hampir semua wilayah di Indonesia. Apalagi Samarinda. Tapi hujan? Setiap hari kita bisa mendengarnya beradu dengan atap-atap rumah kita yang tentu saja tak semua dilengkapi peredam suara.
Demikian halnya dengan roti, coklat panas. Penganan yang lebih akrab di lidah kita adalah Indomie. Produk instan sederhana, yang jika disajikan pada pagi hari saat hujan turun, maka akan menjadi sesuatu yang bisa mewakili kehadiran surga di Bumi.
Samarinda adalah Indonesia di Pulau Kalimantan. Secara geografis maupun demografis, Samarinda adalah Indonesia dalam bentuk yang lebih kecil. Tapi ini Samarinda dinyanyikan, diaransemen dan direkam dengan demikian sederhana, hanya demi memastikan bahwa pesan yang pengin diungkapkan Rusdi bisa segera tersampaikan.
“Kita tidak harus menjadi paling sempurna dari bayangan ideal yang diciptakan orang lain, hanya untuk mencapai kata bahagia.”
Tepat 3 September 2024, singgle kedua Rusdi ini sudah bisa didengarkan di semua layanan musik digital.
Walaupun menyebut roti dalam lirik, Rusdi memastikan bahwa ini tak ada kaitannya dengan roti seharga Rp400 ribu yang sedang hangat dibicarakan itu. Apalagi belinya di Amerika Serikat. Tidak. Lagu ini ditulis jauh sebelum peristiwa itu terjadi.
“Mari menikmati dan merayakan ketidakidealan.”
—
Tapi ini Samarinda
Song & Liric: Rusdianto
Aku pernah berjanji padamu
Membuat kebun anggur di halaman
Juga perapian di ruang tamu
Lalu saat salju turun kita berpelukan
Tapi apakah kamu lupa
Ini kan Samarinda
Ceritanya tak akan seperti itu
Tak bisa begitu
Kita hanya akan menikmati
Semangkuk Indomie
Berteman suara
Guyuran air hujan
Kamu slalu bilang padaku
Kau ingin bikin roti berselai madu
Lalu menuang rindu
Dalam segelas penuh susu
Tapi apakah kamu lupa
Ini kan Samarinda
Ceritanya tak akan seperti itu
Tak bisa begitu
Kita hanya akan menikmati
Semangkuk Indomie
Berteman suara
Guyuran air hujan
Kau slalu bilang suka manga
Katamu Mary Shelley yang terbaik
Menyerap komik di hari kerja
Habiskan weekend dengan novel klasik
Tapi sudahlah
Kita kan di Samarinda
Lebih baik baca Muhammad Sarip
Ceritanya tak selalu begitu
Faktanya sudah jelas di situ
Kita bisa menikmati
Semangkuk Indomie
Ditemani suara pekerja
Renovasi Pasar Pagi
—
1. Spotify
https://open.spotify.com/track/1ytmkDTxucCczn1GqPpYjz?si=LPcwRm1GTG-F2Yty0s7BYA
2. YouTube Music
https://youtu.be/YYL6i9fGRzA?si=tRyFb0CW9-S8SWoz
Untuk memperdalam informasi dari rilis di atas, sila hubungi saya pada jejaring berikut ini;
WhatsApp: 081808193854
Email: rusdialirsyad@gmail.com
Instagram: @rusdi_irsyad_