Pembangunan Infrastruktur Pariwisata Harus Sama dengan Sektor Lain
Infrasturktur pariwisata di Benua Etam harus mendapat atensi yang sama dengan sektor lainnya. Terutama aksesibilitas menuju ke destinasi wisata. Hal ini terkait penguatan pariwisata, khususnya pengembangan wisata kuliner tradisional.
BAGI Fitriyana Zoelkifli, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI) Kalimantan Timur (Kaltim), infrastruktur harus dikembangkan untuk mendukung pariwisata kuliner. Seperti peningkatan kualitas jalan, fasilitas moda transportasi di halte, pedestrian, hingga tempat parkir khusus wisatawan.
“Selain itu IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah, Red.), SAL (Saluran Air Limbah, Red.), dan jalan kampung-kampung,” katanya, saat menjadi narasumber di Bimbingan Teknis (Bimtek) Pemasaran Ekonomi Kreatif (Ekraf) Penguatan Kuliner Tradisional Dalam Pengembangan Destinasi Wisata di Bumi IKN, Senin 1 Juli 2024, di Ruang Mancong, Hotel Mesra –Kota Samarinda.
.
Kendati begitu, Fitriyana Zoelkifli mengingatkan, pembangunan infrastruktur harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Bahkan harus dilengkapi dengan vegetasi sesuai filosofi Kaltim dan tempat pembuangan sampah yang memadai. “Pemerintah daerah punya program pemeliharaan terhadap infrastruktur yang sudah dibangun sebagai bentuk kepedulian dalam pembangunan pariwisata di Kaltim,” ungkapnya.
Dari aspek sumber daya pendukung, lanjut Fitriyana Zoelkifli, sejumlah pelaku usaha kuliner juga harus memiliki sertifikasi internasional. Itu sebabnya, pemerintah daerah harus mendorong peningkatkan kapasitas pelaku usaha kuliner.
Misalnya melalui uji kompetensi profesi, sertifikasi penjamah makanan, sertifikasi hygiene dan sanitasi, sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), pemberian kemudahan Perizinan Produk Industri Rumah Tanga (PIRT), pemberian sertifikasi terhadap lembaga usaha pariwisata, penguatan SDM, sampai peningkatan sadar wisata.
Diketahui, pengusaha pariwisata bidang kuliner di Kaltim tergabung dalam sejumlah asosiasi. Selain PPJI, ada pula di Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Indonesian Chef Association (ICA) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
“Industri kuliner di Kaltim sudah berbasis ekonomi kreatif dengan memanfaatkan sumber daya lokal, walaupun masih terkendala dengan pasokan yang belum mencukupi karena keterbatasan SDM, dan bahan baku produksi” tutup Fitriyana Zoelkifli. (fai)