DEKADE – Masalah anak dibawah umur lima tahun (balita) kurang gizi (stunting) di Kalimantan Timur (Kaltim) perlu perhatian serius, baik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi. “Masalah stunting ini perlu segera diatasi, perlu diprioritaskan,” kata Fitri Maisyaroh, anggota Komisi IV DPRD Kaltim.
Menurutnya, balita kurang gizi ini bermula dari ketidakmampuan orangtuanya menyediakan makanan bergizi saat hamil dan atau setelah anaknya lahir, ditambah ASI tak ada.
Jumlah balita kurang gizi di Kaltim ada puluhan ribu. Misalnya tahun 2019 tercatat anak kurang gizi paling banyak di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yaitu mencapai 2.840 anak.
“Perlunya masalah stunting ini diatasi dan jadi prioritas, sudah disampaikan Komisi IV ke Dinas Kesehatan Provinsi,” ucap Fitri. “Keluhan-keluhan tim dari Dinkes sendiri yang menyebutkan bahwa memang masih membutuhkan tenaga-tenaga medis. Seperti di Puskesmas, khususnya di daerah-daerah yang lumayan jauh dari pusat kota,” ungkap Fitri.
Menurut Fitri, sebenarnya mengatasi masalah anak kurang gizi tidak identik dengan memberikan makanan bergizi, tapi perlu dibarengi dengan mengedukasi masyarakat tentang hidup sehat.
Peran mengedukasi masyarakat tersebut, diharapkan dilakukan tenaga kesehatan di puskesmas-puskesmas. Kunci mengatasi masalah kurang gizi ini ada di puskesmas-puskemas. Tenaga kesehatan di puskesmas bersinergi dengan kader-kader posyandu-posyandu.
“Pemerintah pusat sudah memberikan perhatian serius mengatasi stunting ini. Mudah-mudahan pemerintahan di daerah juga melakukan yang sama,” tandas politisi dari Fraksi PKS ini. (adv)