
Oleh:
Siska Tiara Apriani
Mahasiswi Prodi D4
Usaha Perjalanan Wisata
Politeknik Negeri Samarinda
PENTINGSARI bukan sekadar destinasi wisata berbasis alam dan budaya. Tetapi juga contoh nyata sebuah desa yang berkembang tanpa kehilangan identitasnya. Terletak di lereng Gunung Merapi, desa ini berhasil menyelaraskan kehidupan masyarakat dengan konsep ekowisata yang berkelanjutan.
Yang membuat Pentingsari berbeda adalah bagaimana masyarakatnya benar-benar hidup dalam ekosistem pariwisata tanpa merasa “terasing” dari tradisi mereka sendiri. Wisatawan yang datang bukan hanya sekadar melihat atau mencoba aktivitas desa, tetapi ikut merasakan bagaimana keseharian masyarakat berjalan.
Setiap rumah bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga bagian dari cerita desa -ada yang menjadi tempat belajar membatik, tempat produksi jamu, hingga rumah yang menyimpan sejarah perjuangan kemerdekaan.
Selain itu, hubungan antara masyarakat dan wisatawan terasa lebih personal. Pendekatan mereka bukan dengan konsep “pelayanan,” tetapi lebih ke “menyambut tamu sebagai keluarga.” Tak heran jika banyak yang datang kembali, bukan hanya untuk berwisata, tetapi untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan masyarakat desa.
Pentingsari juga tidak sekadar menjual panorama alam atau atraksi wisata, tetapi lebih ke pengalaman hidup. Dari kebersamaan saat menanam padi, duduk di pendopo mendengar cerita sejarah desa, hingga momen-momen kecil seperti berbagi makanan hasil kebun dengan warga. Semuanya membentuk pengalaman yang sulit ditemukan di tempat lain.
Awalnya, saya masih ragu. bahkan belum menemukan jawaban kenapa saya harus melakukan internship di sana. Tetapi setelah saya sampai di Yogyakarta bersama teman-teman, saya sangat terharu karena pengelola menyempatkan untuk menjemput kami di saat desa wisata sedang kedatangan banyak tamu. Kami bahkan mendapatkan sambutan yang sangat hangat.
Setelah menjalani internship, saya akhirnya mendapatkan jawaban kenapa saya memilih Pentingsari. Banyak sekali pengalaman berharga yang saya dapatkan di sini. mulai dari bagaimana cara bekerja, bermasyarakat, hingga kekompakan masyarakat dalam membangun Desa Wisata Pentingsari menjadi salah satu desa wisata terbaik di Indonesia. Saya benar-benar merasakan makna dari kata-kata yang sering diucapkan mayarakat setiap ada wisatawan yang dating; “Datang sebagai tamu dan pulang sebagai keluarga.”
Saya berharap, semua pengalaman yang saya dapatkan kelak bisa berguna bagi saya dan bagi kampung halaman saya yaitu Balangan –Kalimantan Selatan (Kalsel). Karena saya merupakan salah satu penerima beasiswa berprestasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan. Saya berharap dapat berkontribusi dalam pengembangan pariwisata di Balangan dengan berbekal ilmu yang saya dapatkan ketika internship di Desa Wisata Pentingsari yang memiliki segudang prestasi.
Saya berangkat ke Yogyakarta dengan berbekal ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan, serta nasihat dari para dosen, yaitu nasihat tentang kesiapan mental ketika akan terjun langsung ke lapangan. Sebelum internship dimulai, kami diperkenalkan kepada masyarakat di sana serta para pemuda. Bahkan, kami juga selalu dilibatkan setiap ada kegiatan agar semakin mudah berbaur dan terbiasa dengan budaya baru di sana.
Setelah beberapa hari di sana, kami mulai melakukan kegiatan internship. Kami tidak langsung dilepas, tetapi didampingi dan diajarkan bagaimana cara memandu serta menyambut tamu yang baik dan benar. Saya sangat berterima kasih karena di perkuliahan pun kami mendapatkan materi ini, tetapi ketika turun di lapangan mereka masih bersedia membimbing kami.
Pada saat menjalani internship, saya sering dilibatkan dalam kegiatan marketing. Saya membantu membuat video promosi dan membuat brosur. Saya juga memberikan contoh bagaimana cara pengambilan angle video dan cara mengedit video agar konten tersebut menjadi lebih menarik. Ketika saya menjadi pemandu wisata lokal, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Saya memandu tamu dari sekolah-sekolah elit, memandu para pejabat, dan bertemu orang-orang baru yang tentunya memberikan banyak sekali pengalaman berkesan.

Desa Wisata Pentingsari cukup sering kedatangan wisatawan dari sekolah-sekolah elit, di mana anak-anaknya terbiasa menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri karena ini pertama kalinya saya terjun ke lapangan sebagai pemandu wisata dan menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi.
Pengalaman yang paling berkesan –sekaligus lucu– ketika saya mendapatkan kesempatan memandu wisatawan asing yang merupakan mahasiswa dan dosen dari Hochschule Hannover –universitas ilmu terapan (University of Applied Sciences and Arts) di Jerman. Saya sangat gugup dan takut ketika mereka baru tiba, karena mereka benar-benar hanya bisa berbahasa Inggris. Bahkan ada beberapa yang hanya bisa berbahasa Jerman.
Kami dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok memiliki pemandu wisata lokal –salah satunya adalah saya. Ternyata, saya mendapatkan kelompok yang isinya para dosen. Bahkan, saya baru menyadari bahwa saya sedang memandu seorang profesor. Saya cukup percaya diri menyiapkan pengetahuan tentang desa wisata jika ada yang bertanya mengenai budaya ataupun kegiatan yang ada di sana. Tetapi, ternyata saat berkeliling desa, profesor tersebut memberikan pertanyaan yang tidak saya duga.
Profesor tersebut menunjuk setiap pohon dan tanaman yang kami lewati dan bertanya itu apa. Saya merasa cukup takut karena yang beliau tunjuk adalah pohon manggis dan pohon jambu bol, di mana saat itu saya tidak mengetahui bahasa Inggris dari pohon dan buah tersebut. Beberapa menit saya terdiam karena tidak memungkinkan bagi saya untuk membuka ponsel. Dengan nekatnya, saya berkata, “Oh, this is a manggis tree,” dan syukurnya profesor tersebut mengerti dan menjawab sambil tertawa, “Oh, okay, this is a mangoesteen tree, right?” Seketika saya ikut tertawa dan suasana yang tadinya sedikit canggung menjadi cair kembali. Setelah itu, kami melanjutkan kegiatan di pendopo untuk belajar membuat batik, wayang suket, dan janur.
Setelah kegiatan memandu ini selesai, saya menyadari bahwa ternyata saya harus selalu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Sebab bahasa Inggris sangatlah penting. Sebagai pemandu wisata, saya juga harus mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkadang di luar dugaan.
Ketika kami di sana, para pengelola serta seluruh warga desa sangat berbaik hati bersedia menolong kami, bahkan memperlakukan kami seperti anak dan keluarga sendiri. Ketika berada di sana, kami hampir tidak pernah merasakan kesulitan dan kami tidak pernah kekurangan makanan karena banyak sekali masyarakat yang bergantian memberikan makanan. Bahkan, kami dipinjamkan sepeda motor selama di sana. Mereka juga sangat memperhatikan kesehatan mental kami. Di saat kami jenuh dan ada waktu luang, mereka membawa kami pergi ke tempat-tempat indah yang belum pernah kami datangi sebelumnya.
Pada saat internship, saya juga melalui beberapa tantangan, contohnya kurang memahami karakter teman satu tim saya. Sehingga terjadi sedikit perselisihan. Saya mengatasi tantangan tersebut dengan cara belajar mengenali karakter teman-teman satu tim, serta belajar menurunkan ego saya demi kepentingan bersama. Hal ini tentu saja berdampak cukup besar bagi saya, karena kejadian ini, saya bisa berubah menjadi sosok yang lebih dewasa.
Berdasarkan semua yang telah saya Jalani selama internship, saya menyadari bahwa internship ini tidak hanya sekadar untuk menuntaskan tugas perkuliahan dan mendapatkan nilai, tapi bagaimana cara saya bisa menerapkan ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan dan bisa memberikan manfaat kepada Masyarakat, serta mengabdi melalui internship ini.
Saran saya kepada teman-teman yang ingin intership di sini, persiapkan fisik dan mental karena Ketika internship akan banyak melakukan kegiatan serta akan banyak bertemu orang-orang baru dengan karakter yang berbeda. Saya sangat menyarankan teman-teman untuk melakukan internship di sini karena banyak sekali pengalaman berharga yang membuat saya semakin berkembang setelah menjalani internship.
Saya berharap, suatu saat diberikan kesempatan untuk bertemu dan mengunjungi keluarga saya kembali, yaitu masyarakat Desa Wisata Pentingsari. Terima kasih tak terhingga dari saya, Siska Tiara Apriani. (*)