DEKADE, BONTANG – Sebanyak 23 pelaku ekonomi kreatif didampingi Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Bontang mengunjungi Malang Creative Center (MCC), Jumat (1/3/2024).
Malang Creative Center (MCC) sendiri merupakan pusat kegiatan bagi pelaku yang aktif di sektor industri kreatif dan menjadi fasilitas yang mendukung semua sub-sektor dalam industri kreatif dan menjadi pendorong utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Malang.
Muhammad Ihsan, Kepala Bidang Pariwisata Dispopar Bontang berujar, sebanyak 23 pelaku ekraf perwakilan dari 17 subsektor ekonomi kreatif diajak dalam kunjungan tersebut.
Dia jelaskan, kunjungan itu bagian dari persiapan Bontang menuju kota ekonomi kreatif sebagai penopang ekonomi ke depan, apalagi menghadapi Bontang pascamigas. “Pariwisata dan ekonomi kreatif adalah program prioritas Bontang ke depan menghadapi pasca migas,” ujarnya.
Kunjungan tersebut juga untuk mempersiapkan pelaku ekraf untuk mengelola gedung RKM yang bakal dibangun tahun ini. Dia berharap, RKM dapat menjadi inkubator untuk membangun SDM, khususnya pelaku ekonomi kreatif. Tak hanya itu, RKM juga diharapkan menjadi tempat pusat informasi terkait agensi, lisensi, permodalan, dan informasi pasar.
“Kita bisa belajar dari Kota Malang yg lebih dulu punya pusat ekonomi kreatif (MCC). Rumah Kreasi Milenial yang akan dibangun meskipun tidak semegah MCC, tapi ini komitmen pemkot meberikan wadah, tempat, fasilitas untuk pelaku ekonomi kreatif di Bontang,” jelas Iksan.
Sementara itu, inisiator Rumah Kreasi Milenial, Fadhil Kaharuddin Jafar, berujar bahwa rumah kreasi ini merupakan wadah bagi anak muda yang secara komperhensif memfasilitasi kegiatan pengembangan ekonomi kreatif dengan desain institusi yang memiliki pola kerja sebagai inkubator bisnis dan agency bagi pelalu usaha kreatif di Kota Bontang.
Hal ini juga sejalan dengan program pengembangan untuk menyiapkan sumber daya manusia di era digital. “Ini bentuk komitmen Pemkot terkhusus Pak Basri (Wali Kota Bontang, red.) memberikan ruang kreasi yang berupa fasilitas penunjang agar mendorong keterlibatan pemuda untuk pengembangan kota. Khususnya di pengembangan pariwisata, ekonomi kreatif, dan UMKM,” jelasnya.
Pria disapa Fadhil KJ ini menyebut dalam RKM ini mengelola 17 sub sektor yang saling berkaitan dengan pengembangan ekonomi kreatif. Pemilihan Sub sektor ini juga merupakan buah hasil rumusan dari turunan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Status RKM sebenarnya berada di bawah Komite Ekonomi Kreatif yang beranggotakan para pegawai ASN yang dipimpin oleh Bapelitbang Kota Bontang dan komunitas independent. Namun kedepannya tidak menutup kemungkinan diisi oleh lembaga lain seperti Perumda dan BUMN. Adapun komunitas yang mewakili struktur didalam Komite Ekonomi Kreatif ini adalah Bontang Creative Collaboration (BCC) yang dipimpin oleh Fadhil KJ.
“Jadi sejauh ini BCC lah yang mengelola RKM. BCC ini didalamya terdiri dari 5 bidang yang bertujuan mengurusi setiap lini kebutuhan ekonomi kreatif di Kota Bontang, seperti bidang pemasaran dan inovasi bisnis, pengembangan SDM, pengembangan Infrastruktur dan Organisasi, Hukum dan Hak Kekayaan Intelektual, serta Media Center,” bebernya.
Cita-cita besar dari RKM ini adalah mempersiapkan kualitas SDM ekonomi kreatif dan pelaku UMKM dimasa mendatang, terutama Bontang era pascamigas. Dalam RKM ini ada banyak lini yang akan menerima dampak positif dari pengembangan ekonomi kreatif, salah satunya adalah pariwisata dan UMKM, termasuk juga karya-karya pemuda lokal Kota Bontang dalam bidang seni dan budaya seperti musik, teater, fotografi dan lain sebagainya.
Pelaksanaan program pun akan mengoptimalkan anggaran secara mandiri yang dibantu oleh berbagai perusahaan di Kota Bontang. Komitmen Wali Kota Bontang terhadap pemuda yang terafiliasi dengan RKM, yakni dengan melibatkan anggota BCC dalam rapat forum CSR perusahaan. “Agar perusahaan bisa bantu kita. Bukan hanya berupa uang. Tapi juga fasilitas. Serta memanfaatkan pemuda lokal menggas program event-event perusahaan,” terangnya. (*)