Ketika Teknologi Alternatif dari Peneliti Polnes dan Politani Samarinda Digunakan Petani: Pakai Prinsip Efek Rumah Kaca
Dua kampus di Samarinda, Polnes dan Politani, sukses membangun teknologi alternatif bagi Poktan Trimas Makmur di Desa Bukit Raya --Samboja, Kukar. Namanya adalah Smart Dryer System. Secara teknis, alat ini difungsikan untuk pengering. Khususnya untuk bahan baku talas beneng.

Saat musim hujan tiba, Smart Dryer System menjadi solusi bagi para petani. Mekanismenya melalui system IoT dalam pengaturan suhu, kelembaban dan sensor o2. Secara umum, alat ini bekerja dengan prinsip efek rumah kaca. Ia menangkap panas matahari di dalam bangunan transparan. Hasilnya, suhu pengeringan lebih tinggi, stabil dan prosesnya lebih cepat. Smart Dryer System juga melindungi talas beneng dari debu dan kontaminan lainnya. Pada akhirnya, produk menjadi lebih higienis dan berdaya saing untuk kualitas ekspor.
Ketua Tim Program Berdikari, Surahman, M.M., Ph. D, mengatakan, lewat Program Berdikari dari LPDP dan Kemendiktisaintek –Bidang Minat Saintek– tim peneliti sempat memberikan demonstrasi. Terutama saat menggunakan Smart Dryer System. Hal itu ditunjukkan saat diseminasi yang digelar Senin (1/12/2025) lalu.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Berdikari 2025 yang didanai oleh Kemendiktisaintek melalui skema riset terapan berdampak pendanan dari LPDP,” jelasnya.
“Kami melihat potensi ekonomi yang cukup besar dari usaha daun talas beneng ini, karena bernilai tinggi komoditi ekspor tetapi ada satu hambatan kritis di proses pascapanen,yakni pengeringan,” imbuh Surahman.
Sebagai informasi, Kelompok Tani Trimas menjadi motor penggerak ekonomi bagi masyarakat di Desa Bukit Raya. Mereka fokus pada usaha pengolahan daun talas beneng. Namun, proses produksi mereka kerap terkendala pada tahap pengeringan. Ketergantungan pada metode pengeringan tradisional, membuat proses menjadi kurang efisien, membutuhkan waktu lama, dan potensi gagal panen sangat tinggi, terutama saat musim hujan tiba.
Ketua Poktan Trimas Makmur, Edi Suwignyo, menyampaikan rasa syukurnya atas Program Berdikari tersebut. Baginya, Smart Dryer System ini adalah jawaban dari permasalahan yang telah lama mereka hadapi.
“Kami sangat berterima kasih kepada tim dosen Polnes dan Politani serta pemerintah. Selama ini, kalau sudah mendung apalagi hujan, kami was-was. Talas beneng yang sudah dirajang bisa-bisa gagal kering dan terbuang,” terang Wignyo.
Dengan teknologi ini, Poktan Trimas Makmur, katanya, bisa terus memproduksi talas beneng kapan pun. “Prosesnya jadi lebih pasti, lebih cepat, dan hasilnya lebih bersih. Ini sangat memotivasi kami para petani untuk terus sukses dan memberikan manfaat kepada masyarakat,” tandasnya.
Untuk diketahui, Smart Dryer System mmerupakan karya teknologi alternatif tim dosen Polnes dan Politani yang tergabung dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Kaltim. Riset terapan dan teknologi tepat guna itu dilakukan untuk menjawab tantangan produktivitas daun talas beneng yang dihadapi Kelompok Tani Trimas di Desa Bukit Raya –Samboja, Kukar.
Tim peneliti dari Program Berdikari ini didukung LPDP dan Kemendiktisaintek –Bidang Minat Saintek. Mereka adalah Surahman, M.M., Ph. D, Said Keliwar, S.ST.Par., M.Sc, Dr. Prapdopo, S.E., M.Si, Anni Fatmawati, ST., MT, Adnan Putra Pratama, S.P., M.Sc, dan Pandhu Rochman Suosa Putra, S.T.P., M.Sc. (bersambung)



