Cerita

Jejak Imigran Indonesia: Pecahkan Rekor Football Amerika Era 70-an #5

Kami menemukan sisi lain Chris Limahelu –Christian Adrian Limahelu– di sebuah blog obituary keluarga. Kesan mendalam ditinggalkan the Little Trojans ini kepada orang-orang yang disayanginya.

CERITA mengenai sosok Chris dituturkan oleh Jennifer A. Wellman. Dia adalah keponakan Chris. Cerita itu ditulisnya pada 6 Juli 2010 lalu –sekira dua bulan lebih setelah Chris meninggal 7 April 2010. Bagi Jennifer, menjadi bagian dari anggota keluarga Limahelu adalah sebuah keberkahan. Dia sendiri tumbuh besar di St. Hurst –sebuah daerah di Birmingham –Inggris– dan menyimpan kenangan masa kecil saat bertemu Chris.

Jennifer memiliki tujuh paman. Chris adalah salah satunya. Namun bagi Jennifer, Chris tak sekadar paman. Dia juga telah menjadi sahabat. “Ketika berusia 14 yahun, saya tinggal di Arab Saudi. Perasaan itu selalu sama ketika saya kembali mengunjungi keluarga Limahelu di Covina (California, Red.),” tulisnya.

Chris Limahelu di masa tua. (FOTO: legacy.com)

Ketika Jennifer menempuh pendidikan di Colorado, dia sering bertemu dengan Chris. Jennifer mengungkapkan dalam tulisan, “Saya mengingat semua pembicaraan panjang kami. Tentang hidup, kematian, cinta, dan banyak lagi. Saya selalu berteriak dari seberang rumah saat saya berjalan keluar pintu. ‘Bu, saya akan pergi dengan Chris’. Kami selalu keluar untuk menonton film, dan akhirnya tertidur di sana. Chris dan saya juga selalu memiliki kebiasaan pergi keluar untuk minum kopi sekitar pukul 22.00, dan kemudian menuju Barnes & Noble (toko buku di Manhattan, Red.) untuk membaca. Kami selalu punya cukup waktu sebelum mereka mengusir kami karena toko akan tutup“.

Kabar kematian Chris Limahelu di salah satu koran California. (FOTO: www.dignitymemorial.com)

Di Barnes & Noble, Jennifer sering membaca majalah cosmo (majalah bertema gaya hidup, Red.) Sementara Chris membaca majalah bertema politik dan olahraga. Diantara waktu yang dihabiskan berjam-jam di sana, keduanya sering pula berdebat soal sesuatu.

Ia pula mengingat kenangan lain. Terutama saat Chris membangunkannya pada pukul 04.45 hanya untuk menanyakan apakah ingin pergi ke Santa Anita untuk menonton pacuan kuda. “Saya menjawab tentu saja. Seperti Chris, saya selalu bisa melakukan apapun di detik terakhir. Chris akan selalu menjadi teman spontan saya,” tulis Jennifer.

Chris Limahelu saat bermain diantara reruntuhan bunker Nazi Jerman di Belanda, 1957. (FOTO: legacy.com/dokumentasi keluarga)

November 2008, menurut cerita Jennifer, Chris mengungkapkan soal kondisi kesehatannya yang menderita kanker. Ia mengatakan tidak begitu mengerti mengapa hal tersebut menimpa Chris. Jennifer hanya mengingat perkataan Chris bahwa itu bukan masalah besar. Chris menuturkan kepada Jennifer, hal itu akan segera berlalu dan semuanya akan baik-baik saja. “Sekarang saya menyadari dan menyesal tidak mengambil lebih banyak kesempatan untuk menghargai setiap momen bersamanya,” aku Jennifer dalam tulisan tersebut.

Ketika melakukan perjalanan bersama-sama ke University of Southern California (USC), Chris sempat berbicara mengenai masa depan Jennifer. Chris mengetahui bahwa Jennifer adalah penggemar berat USC. “Karena saya selalu bangga dengan paman saya, maka saya memilih USC sebagai masa depan saya,” tulisnya.

Chris Limahelu saat berada di Belanda, 1953. (FOTO: legacy.com/dokumentasi keluarga)

Chris bahkan sempat berjanji, saat ulang tahun Jennifer nanti, Chris akan membawa Jennifer menonton pertandingan USC melawan University of California, Los Angeles (UCLA). “Saya sangat sedih. Rencana ini tidak akan lagi terjadi. Sampai hari ini, saya sering membuat rencana untuk musim panas nanti dan bertanya-tanya, apakah Chris akan siap untuk rencana itu? Tetapi saya menyadari jika Chris sudah tidak ada. Saya berbicara dengan Chris dalam doa-doa saya setiap malam. Dia tahu saya akan selalu memandang gaya hidupnya yang penuh petualangan dan keberanian. Beristirahatlah dengan tenang. Kamu akan selalu dirindukan. Keponakanmu, Jennifer A. Wellman,” tulisnya di akhir kalimat.

Cerita lain juga datang dari Bill Miller, sahabat Chris sejak 1966. Melalui tulisan yang dipublikasi pada 20 April 2020 –13 hari setelah kematian Chris– Bill mengungkapkan kenangannya saat Chris masih hidup.

Chris Limahelu saat berada di California, 1964. (FOTO: legacy.com/dokumentasi keluarga)

Bil mengisahkan saat bermain sepak bola bersama Chris ketika masih menjadi mahasiswa baru di South Hills High School di West Covina –California. Pun memori kebersamaan setelah menempuh pendidikan sekolah menengah, dimana Bill dan Chris pernah menimba ilmu bersama-sama di Citrus College di Glendora –California. “Saya sangat bangga dengan Chris ketika dia masuk di tim USC. Saya melihat beberapa pertandingan hebat, terima kasih kepada Chris,” katanya dalam tulisan itu.

Kenangan paling membekas bagi Bill adalah ketika Chris mengikuti sebuah turnamen gulat di Northview –sekolah menengah umum di Covina, California. Bagi Bill, Chris seperti pegulat profesional yang berlaga di California Interscholastic Federation (CIF). Dengan berat 118 lbs, Chris turun bertanding di kelas 104 lbs. “Sebelum pertandingan, Chris nyaris tidak bisa berjalan. Namun dengan gayanya yang khas, Chris menemukan energi untuk mengalahkan lawannya,” kenang Bill. “Beristirahatlah dengan tenang, temanku. Ingatanmu akan selamanya ada di hatiku,” tutupnya. (fa)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button